Rabu, 14 Maret 2012

Bila Mual dan Muntah tak lagi terkendali

TEMPO Interaktif, Kabar menggembirakan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Setelah menikah dua tahun, Susanti mengetahui bahwa ia sedang berbadan dua. Ia bertekad akan menjaga dengan baik kandungannya.
Calon ibu muda yang juga bekerja di perusahaan swasta itu tetap beraktivitas seperti biasa tanpa ada perubahan tubuh yang berarti. Namun, memasuki usia kehamilan pekan kedelapan, ia mulai merasakan mual dan muntah.

Ia tidak hanya merasa mual pada pagi hari seperti umumnya perempuan hamil yang mengalami morning sickness. Tapi Rere, demikian panggilan Susanti, juga muntah-muntah sepanjang hari hingga sampai 30 kali. "Tidak bisa makan dan minum, semuanya keluar," katanya.

Menurut dokter, Rere mengalami hiperemesis gravidarum (HG), yakni mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit. HG dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat membahayakan janin di dalam kandungan.

Akibat muntah terus-menerus tersebut, Rere sampai kehilangan berat badan hingga 10 kilogram dalam seminggu, dan total 15 kilogram selama mengalami HG. Ia nyaris tidak mendapat asupan makanan sama sekali. "Jangankan makan, baru lihat ada warung makan saja sudah muntah," katanya.

Noyorono Wibowo, dokter obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan tanda-tanda seseorang mengalami HG adalah mual dan muntah hingga berat badannya turun. Pasien harus segera ditangani dan dirawat di rumah sakit. "Jika tidak dirawat, berbahaya, (bahkan) pasien bisa sampai meninggal," katanya saat dihubungi.

Noyorono menambahkan, penyebab HG multifaktor, baik faktor stres atau emosi, hiperteroid, maupun peningkatan hormon sekaligus. HG juga tidak menunjukkan sejumlah gejala sama sekali dan hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Dalam kasus Rere, misalnya, dia merasa ada faktor trauma karena segala sesuatu yang ia masukkan ke dalam mulutnya pasti ia muntahkan kembali. Karena itu, jika melihat makanan, ia menjadi seperti trauma. HG itu ia alami hingga masa kehamilan pekan ke-14. Setelah itu, semua reda begitu saja, dan Rere mulai makan serta minum seperti biasa.

"Sebuah penelitian menyebutkan, morning sickness dialami hampir 67 persen wanita hamil," kata Profesor Ir H Hardinsyah, MS, PhD, ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, saat memberikan presentasi tentang penggunaan "Pedoman Gizi Seimbang" untuk hidup sehat di Jakarta pekan lalu.
Namun, menurut Hardinsyah, mual dan muntah sebagai bagian dari morning sickness itu hanya sepertiga yang merupakan akibat dari perubahan hormonal. "Dua pertiganya lagi biasanya karena kekurangan gizi tertentu," katanya.

Sementara itu, menurut situs Klikdokter, HG ini dialami oleh 1,5-2 persen perempuan hamil yang terjadi pada minggu keenam hingga ke-12 masa kehamilan. Meski belum diketahui penyebabnya, diperkirakan HG berhubungan dengan kehamilan pertama, peningkatan hormonal pada kehamilan ganda, dan hamil anggur atau kehamilan abnormal.

Selain itu, HG berhubungan dengan perubahan metabolis dalam kehamilan, seperti alergi, dan faktor psikososial. Ada beberapa faktor risiko terjadinya HG, yakni level hormon hCG yang tinggi. Hormon yang meningkat cepat pada tiga bulan pertama kehamilan ini dapat memicu bagian otak yang mengontrol mual dan muntah.

Kemudian perubahan saluran cerna akibat terdesak karena memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini menimbulkan keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan, dan lambung bekerja lebih lambat dalam menyerap makanan, sehingga menyebabkan mual serta muntah. Selain itu, faktor psikologis, seperti stres dan kecemasan, dapat memicu mual serta muntah.

Ibu hamil yang mengalami HG ini dapat dirawat untuk mengatasi gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi melalui mulut dapat dilakukan secara perlahan-lahan. Dapat dimulai dengan makanan cair, kemudian ditingkatkan menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang mengandung karbohidrat.

Selain itu, ibu hamil disarankan mengubah pola makanan menjadi lebih sering dengan porsi kecil. Mereka dianjurkan makan roti kering atau biskuit, serta menghindari makanan berminyak maupun berbau lemak. Mereka yang mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini juga dapat menurunkan risiko HG.

Ahli medis bisa meresepkan obat-obatan yang bisa membantu mengurangi keinginan untuk muntah. Tapi ada beberapa hal yang sebenarnya bisa dilakukan secara alami untuk mengendalikan mual dan muntah.

Dokter biasanya akan membuat diagnosis berdasarkan evaluasi klinis, seperti riwayat medis ibu, gejala seperti dehidrasi, penurunan berat badan yang ekstrem, dan mual serta muntah yang parah. Dokter biasanya juga akan mengevaluasi bagaimana sakit ini bisa mempengaruhi kegiatan sehari-hari. Biasanya, ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum tidak bisa menjalankan kegiatan sehari-hari.

Ada kemungkinan dirawat untuk mendapatkan cairan dan elektrolit yang cukup lewat infus. Penanganan ini biasanya juga akan diikuti dengan pemberian obat antimual untuk mengendalikan mual dan muntah. Begitu mual dan muntah bisa dikendalikan, biasanya akan diikuti dengan diet tinggi karbohidrat tapi rendah lemak, plus berbagai suplemen gizi.  AQIDA SWAMURTI | UTAMI WIDOWATI
Mengatasi Hiperemeresis Secara Alami

1. Makan makanan ringan sebelum tidur agar tubuh bisa menetralisasi asam lambung.
2. Hubungi dokter sesegera mungkin ketika mual dan muntah mulai terasa parah serta mengganggu.
3. Konsumsilah lebih sering makanan yang mengandung tinggi karbohidrat atau makanan kecil yang tinggi protein.
4. Cobalah cracker atau roti panggang tanpa mentega pada pagi hari untuk mengusir mual dan muntah.
5. Minuman yang mengandung peppermint atau jahe baik untuk mengatasi rasa mual dan muntah.
6. Tak ada salahnya mencoba terapi alternatif, seperti hipnosis atau akupresur, yang dilakukan oleh ahlinya.


Apa saja yang perlu dihindari:

1. Jangan menggunakan obat yang dijual bebas sembarangan, terutama karena Anda dalam kondisi hamil.
2. Jangan menunda lapar. Makanlah dalam jumlah yang sedikit, tapi sering. Pilihan makanan yang lembut dan kering biasanya cocok untuk mengurangi rasa mual.
3. Hindari bau-bauan yang menyengat, makanan berlemak, serta makanan beraroma rempah yang kuat dan suplemen zat besi (kecuali memang yang diresepkan dokter).
4. Hindari kopi. Aromanya sering kali menyebabkan rasa mual. Sementara itu, kopi terkadang punya efek menaikkan kadar asam lambung.
5. Kurangilah aktivitas. Memperbanyak waktu istirahat dan menghirup udara segar bisa mengurangi rasa mual dan muntah.

BERBAGAI SUMBER | UTAMI
Sumber:Tempointeraktif

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Updates Via E-Mail