Minggu, 11 Mei 2014

Implementasi Car Free Day di Jalan Achmad Yani Kabupaten Sidoarjo Studi Pada Pelaksanaan Surat Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor: 188/17/404.1.3.2/2013 Tentang Segmen Jalan Sebagai Center Point Kegiatan Car Free Day di Kabupaten Sidoarjo



Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. 
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan tugas akhir dengan riset untuk jenjang undergraduate (S1), postgraduate (S2), Ph.D. dengan riset (S3) dan disertation untuk tugas riset dengan ukuran yang kecil baik undergraduate (S1) ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia skripsi untuk jenjang S1, tesis untuk jenjang S2, dan disertasi untuk jenjang S3.
Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh satu atau dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat mahasiswa kuliah. Untuk penulisan skripsi yang dibimbing oleh dua orang, dikenal istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan bila dibanding dengan Pembimbing II.
Proses penyusunan skripsi berbeda-beda antara satu kampus dengan yang lain. Namun umumnya, proses penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
  • Pengajuan judul skripsi
  • Pengajuan proposal skripsi
  • Seminar proposal skripsi
  • Penelitian
  • Setelah penulisan dianggap siap dan selesai, mahasiswa mempresentasikan hasil karya ilmiahnya tersebut pada Dosen Penguji (sidang tugas akhir).
  • Mahasiswa yang hasil ujian skripsinya diterima dengan revisi, melakukan proses revisi sesuai dengan masukan Dosen Penguji.
Terdapat juga proses penyusunan skripsi yang cukup ringkas sebagai berikut:
  • Pengajuan judul skripsi/meminta topik skripsi dari dosen
  • Penelitian dan bimbingan skripsi
  • Seminar
  • Sidang
  • Revisi
Karakteristik Skripsi
  • Merupakan karya ilmiah sehingga harus dihasilkan melalui metode ilmiah.
  • Merupakan laporan tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini dikaji dengan merujuk pada suatu fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan sebelumnya. 
Sehubungan dengan ini judul Skripsi saya adalah Implementasi Car Free Day di Jalan Achmad Yani Kabupaten Sidoarjo Studi Pada Pelaksanaan Surat Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor: 188/17/404.1.3.2/2013 Tentang Segmen Jalan Sebagai Center Point Kegiatan Car Free Day di Kabupaten Sidoarjo.
kalian bisa download file skripsi saya DISINI dan file jurnalnya DISINI

 

Sabtu, 18 Mei 2013

Hindari Asal Jepret Ketika Memotret!

Teknik Fotografi - Menghasilkan karya fotografi yang bagus tidak lepas dari perencanaan bukan? Tidak peduli hal teknis apa yang Sobat gunakan, entah itu menggunakan mode manual ataupun mode otomatis. Sobat perlu untuk berpikir tentang apa yang akan kalian potret, sebelum mengatur Aperuture atau shutter speed yang akan digunakan. Jika saat ini Sobat masih mengacuhkan perencanaan atau konsep, maka Kami sarankan untuk berhenti sejenak! Baca Lima hal yang kami tulis dibawah ini: 
think!



Berpikirlah Sebelum Memotret - Think Before You Shoot


Sobat setidaknya harus memvisualisasikan moment yang ingin kalian capture, sebelum benar-benar memotret. Setelah kalian menggambarkan  apa yang ingin kalian potret, berpikirlah bagaimana menuangkannya dalam sebuah frame! Jadi pada intinya, setiap kali Sobat mengangkat kamera dan hendak memotret, berhentilah sejenak, Pikirkan, pertimbangkan ulang, dan mulailah memotret!

Foto bewarna atau hitam putih?

Kita hidup di dunia yang penuh warna bukan? Begitu banyak warna yang ada di sekitar kita. Tetapi dalam fotografi kita tetap memiliki pilihan. Banyaknya tone warna yang terekam dalam kamera tergantung pada nilai saturasi yang Sobat atur di kamera. Apakah sobat ingin banyak variasi tone  dalam satu warna? atau Sobat malah ingin menghilangkannya dan membuat sebuah karya hitam putih.

Pertimbangkan kontras

Cahaya yang kuat bisa membantu kita dalam mebuat foto yang memilikih kontras tinggi, tetapi di lain sisi cahaya yang lembut serta menyebar dengan rata selalu menawarkan hasil gambar yang memiliki sense tersendiri karena memiliki kontras rendah. Jadi pengaturan kontras yang ada di kamera bisa digunakan untuk menghasilkan karya dengan mood tertentu.

Manfaatkan White Balance

Setiap sumber cahaya tentu memiliki karakter warna tertentu, dan itu akan memberikan dampak pada foto kita. Pengaturan Preset pada white balance bisa membantu kita mendapatkan warna yang pas di hampir semua kondisi pencahayaan. Sobat juga bisa memanfaatkan white balance untuk mendapatkan warna yang berkarakter "dingin" atau hangat bagi foto-foto kalian, ini semua tergantung dari kreatifitas kalian.

Apakah Sobat butuh untuk menambah exposure?

Apakah Sobat butuh foto lebih terang? overexpose! Apakah Sobat ingin menghindari foto-foto yang Blow-out? Underexpose. Jangan selalu terpaku pada metering otomatis kamera! Lakukan ujicoba dengan menggunakan beragam exposure, entah itu menurunkan atau menaikkan exposure sebanyak satu - dua stop.

Lakukan langkah-langkan diatas setiap kali Sobat memotret! Semua itu akan menjadi kebiasaan dan pastinya bisa membantu Sobat untuk menghasilkan Foto Hebat!!! Jika Sobat masih belum yakin dan percaya diri dalam hal mendapatkan exposure yang diinginkan, maka lakukan dengan cara aman! :) Memotretlah dengan menggunakan format RAW dan gunakan fitur Auto Exposure Bracketing (AEB), sehingga Sobat memiliki banyak pilihan pada saat post-produksi.

The "Living Photographs"

Dunia Fotografi - Arthur Mole yang lahir pada tanggal 1889 (Inggris) dan meninggal pada tahun 1983 (US) merupakan seorang seniman besar yang dikenal dengan karyanya yang terkenal dengan sebutan "living photographs" atau foto hidup. Kenapa dimikian? karyanya dimulai pada saat perang dunia I dimana 10.000 tentara militer diatur dan dikomposisikan sedemikian rupa untuk membentuk sebuah obyek. Komposisi tersebut didesain khusus agar bisa dinikmati dengan prespektif dari menara pandang setinggi 80 kaki. Ketika dilihat atau dipotret dari ketinggian ini maka baru bisa dimengerti apa sebenarnya bentuk dari barisan tentara militer tersebut. Arthur Mole mengerjakan itu semua dengan satu asisten bernama John D Thomas.



 Foto Yang membentuk karya yang berjudul Human U.S. Shield (gambar bawah) memberlukan 30.000 orang, dan potret dari Woodrow Wilson memerlukan 21.000. Tetapi SObat jangan salah.. susah juga loh menjadi salah satu orang yang berdiri untuk membentuk subyek tersebut. Menurut satu laporan, 18.000 tentara yang dianggap cocok untuk membentuk patung liberty diharuskan untuk memakai seragam yang berasal dari bahan wol, dan berada di bawah suhu panas 105 derat F. Bisa Sobat bayangkan, berapa banyak yang pingsa setelah beberapa jam berdiri.


Arthur Mole dan John Thomas memasang garis besar gambar yang diinginkna pada kamera mereka diatas menara, dan kemudian para tentara yang berada dibawah diarahkan agar tepat berada di tempat sesuai dengan penanda yang ada. Proses ini membutuhkan waktu beberapa minggu. "Living Photographs" sepertinya sudah tidak ada lagi saat ini, tetapi pada tahun 2009, sekitar 5000 tentara di Korea selatan sempat membuat karya seperti ini. Berikut ini adalah beberapa karya "Living Photographs" yang dipelopori oleh Arthur Mole dan John D Thomas:










 
Wew.. ternyata untuk menjadi seorang fotografer tidak sesederhana hanya menekan tombol shutter yah Sobat.. dibutukan sebuah perencanaan dan workflow yang relatif rumit untuk bisa menghasilkan karya yang selalu dikenang.. :)

GDT Nature Photographer 2013

Dunia Fotografi - Puluhan foto nature masuk ke putaran final kompetisi foto Nature Photographer of The Year 2013 yang diselenggarakan oleh Society of German Nature Photographers (GDT). Foto-foto yang dikompetisikan adalah tentang seputar mamalia, tumbuhan dan jamur, landscapes, dan spesial tahun ini ada kategori spesial yakni animal portrait. GDT sendiri adalah kependekan dari Gesellschaft Deutscher Tierfotografen, dan ribuan fotografer tergabung dalam komunitas non profit ini. GDT ini memiliki 15 grup yang tersebar di seluruh dunia, dan setiap tahun mereka bertemu untuk berdiskusi, bertukar tips dan pengalaman fotografi. Kita lihat yuk Sob.. foto-foto yang memenangi kompetisi GDT ini.. semoga bisa menjadi inspirasi :)
 Overall and mammals category winner: Red Fox in sunset light by Hermann Hirsch

Winner in birds category: Icy resting place by Bernd Nill
Birds runner-up: Returning from the hunt by Michael Lohmann  
 Mammals category third place: When it gets dark by Christoph Kaula 
 Mammals runner-up: Fox in cloudy forest by Klaus Echle
 Winner in other animals category: In the spotlight by Klaus Tamm 
 Runner-up other animals category: Wingtips by Karsten Mosebach 
 Plants and fungi category winner: Woman shoe by Ariane Müller 
 Plants and fungi runner-up: Maple in cloudy forest by Joachim Wimmer 
 Landscapes category runner-up: Blooming landscape by Sandra Bartocha
Nature's studio winner: 'Blubb' by Sigi Zang
 Nature's studio runner-up: Indian summer by Katharina Becker 
Special category 2013 animal portraits winner: Grouse portrait by Klaus Echle
 Animal portraits runner-up: Young lion by Carsten Ott

Mengenal Depth of Field Dalam Fotografi

Teknik Fotografi - Sobat bisa menambah atau mengurangi jumlah cahaya ke film atau sensor gambar hanya dengan satu atau dua langkah, yaitu dengan: merubah shutter speed atau kecepatan shutter (rentang waktu shutter tetap terbuka) atau dengan merubah f-stop (ukuran aperture  yang ada di lensa). Jika Sobat merubah aperture, maka tampilan gambar foto bisa berubah drastis. Perubahan tersebut akan tampak pada area ketajaman atau fokus yang ada di dalam frame foto, dari titik paling tajam sampai ke paling jauh (sering disebut dengan ruang tajam). Nah zona atau area fokus ini dideskripsikan dengan depth of field



Aperture terbesar (contoh: f2, f4) memberikan depth of field terkecil
Aperture terkecil (contoh: f16, f22) memberikan depth of field terbesar
Semakin kecil sensor maka semakin besar pula depth of field pada aperture yang sama

Depth of field sempit (shallow) - Gambar sebelah kiri diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terlebar. Sobat bisa melihat bahwa ada perbedaan ketajaman gambar di bagian depan dan belakang.

Depth of field lebar (maksimum) - gambar sebelah kanan diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terkecil. Semua bagian atau elemen yang ada di dalam foto tampak fokus dan tajam baik di bagian belakang maupun depan.

Permasalahan Debu Pada Sensor Kamera

Kamera DSLR - Kemampuan berganti lensa merupakan satu keuntungan memiliki kamera digital SLR, tetapi jika frekuensi penggantian lensa yang relatif tinggi bisa menimbulkan satu masalah yang menjengkelkan. Setiap kali Sobat melepas lensa dari bodi kamera, maka debu bisa berpotensi masuk ke dalam bodi kamera dan menempel pada sensor. Hal ini jarang terjadi pada kamera film, karena memang hanya akan berdampak pada satu exposure atau film tersebut, tetapi lain halnya pada kamera digital, debu akan selalu menempel pada sensor dan memberi dampak pada setiap hasil foto. Beberapa noda atau bintik debu mungkin tidak akan terasa, tetapi dengan berselangnya waktu lambat laun Sobat akan menjumpai beberapa bintik kecil noda serta bayangan.

IMG_4676


Meminimalkan Potensi Masuknya Debu

Pertama, pastikan masalah yang kamera hadapi adalah memang benar dikarenakan debu dan bukan masalah lain seperti noise yang diakibatkan oleh penggunaan pengaturan ISO tinggi. Salah satu cara untuk memastikan bahwa noda tersebut dikarenakan oleh debu adalah dengan mengambil beberapa seri foto atau gambar. Noda debu akan tampak dan muncul ditempat yang sama di setiap foto yang Sobat ambil.

Kedua, Noda debu biasanya akan mudah tampak pada foto yang diambil dengan menggunakan aperture kecil (contoh f/16 atau lebih kecil). Jika sobat menjumpai noda di tempat yang sama di setiap foto pada jepretan yang menggunakan aperture kecil, maka bisa dipastikan permasalahan utama pada kamera kalian adalah dikarenakan oleh debu.

Jangan hanya pasrah dengan fakta bahwa noda atau bintik debu merupakan hal yang kerap terjadi pada kamera. Ada banyak cara dan langkah-langkah guna menghindari debu ketika Sobat mengganti lensa. Aturan pertama adalah LOKASI: Pada saat mengganti lensa, idealnya Sobat harus berada di dalam ruangan, jauh dari pintu atau jendela, serta jauh dari sumber kontaminasi debu seperti manusia dan hewan. Jika Sobat memang harus mengganti lensa di luar ruangan, maka pastikan jangan sampai jari kalian masuk ke dalam kamera. Jika tidak maka ada kemungkinan Sobat meninggalkan sidik jari pada mirror kamera, dan sedikit insiden pada jari bisa meninggalkan kerusakan permanen pada sensor.

Sobat bisa memanfaatkan daya gravitasi dengan tetap mengarahkan kamera ke bawah, hal ini dilakukan guna memastikan tidak ada benda asing yang jatuh ke dalam kamera. Cara ini penting untuk dilakukan terutama jika Sobat mengganti lensa di luar ruangan. sebagai tambahan, jangan pernah mengarahkan kamera ke arah matahari. Yang terakhir, pastikan Sobat siap berganti lensa ketika akan melepaskan lensa yang terpasang pada kamera. Jangan melepas lensa jika Sobat belum mengambil lensa pengganti yang ada di dalam tas. Ambil lensa pengganti, lepas lensa di kamera, dan pasang! Dengan sedikit latihan dan didukung tangan yang stabil, idealnya Sobat bisa berganti lensa tidak lebih dari 20 detik.

Mengatasi permasalahan debu

Jangan panik ketika sobat menemukan masalah debu pada kamera. Sobat tidak sendiri! Banyak fotografer profesional juga mengalami permasalahan ini dari waktu ke waktu. Membersihkan noda debu pada kebanyakan kasus bisa dilakukan dengan aman dan sederhana.

Pembersihan noda debu mengharuskan kita untuk bekerja pada kamera denga sensor yang terekspose. Meskipun Sobat tidak akan bekerja secara langsung dengan sensor (karena adanya filter), tetapi tetap saja kalian akan berhadapan dengan sistem optik yang sangat sensitif. Ingat tips-tips berikut jika tidak ingin Sobat secara tidak sengaja merusak kamera kesayangan.

Pertama: Jangan pernah menyentuh sensor tanpa peralatan yang memang didesain khusus untuk pembersihan sensor, jangan pernah menggunakan jari ataupun cotton-budd. Meskipun benda seperti cotton-budd membersihkan debu, tetapi mereka akan meninggalkan jejak atau serat saat diangkat. Malah memperparah bukan?

Jadi apa yang selayaknya Sobat lakukan? Tidak ada ruginya berinvestasi beberapa peralatan cleaning tools seperti: Blower udara manual yang dilengkapi dengan moncong serta pompa tangan. Sobat bisa dengan mudah mendapatkannya di tokok-toko perlengkapan kamera.

Pengaturan kamera saat pembersihan debu

Baca kembali buku manual kamera untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana mode pengaturan saat pembersihan sensor. Mode pengaturan ini akan mengangkat mirror agar kita bisa membersikan sensor. JANGAN pernah menggunakan mode long exposure (Bulb)! jika mirror secara tidak sengaja menutup, dan alat pembersih yang masih digunakan akan merusak sensor secara permanen.

Terkadang blower tidak cukup untuk membersihkan noda. Untuk noda yang membandel Sobat bisa membeli kuas khusus pembersih kamera. Teknik pembersihan menggunakan kuas atau sikat membutuhkan kehati-hatian yang lebih, dan ingat hanya lakukan ini hanya untuk opsi terakhir. Jika Sobat ragu-ragu, maka lebih baik menyerahkan pekerjaan ini pada orang yang lebih ahli. Sebagai tambahan, program editing gambar saat ini seperti Adobe Photoshop maupun GIMP memiliki fitur Clone Tool, dimana kalian bisa secara cepat menghilangkan noda debu yang terekam pada foto-foto kalian.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Updates Via E-Mail