Rabu, 21 Desember 2011

Memetik Senar dan Pengaruhnya Pada Sound

Hai teman-teman musisi, khususnya teman-teman bass player!! Kita ketemu lagi setelah saya istirahat dibeberapa edisi sebelumnya, dan seperti biasa di edisi kali ini saya ingin berbagi pengalaman yang berhubungan dengan judul tulisan saya.
Pada saat saya melakukan tour clinic product ke beberapa kota, saya didatangi beberapa teman musisi yang kebetulan mereka juga pembaca setia Audio Pro, untuk menanyakan beberapa hal sehubungan dengan instrumen bass. Kebanyakan dari mereka bertanya tentang settingan sound dan permasalahannya.
“Sound Setting” menurut saya adalah masalah yang gampang-gampang susah, dan hal-hal yang membentuk sound itu sendiri lumayan kompleks.
Diedisi sebelumnya, saya pernah menulis tentang mencari sound dari area alat musiknya (bass, ampli, dan pernak-perniknya) yang lebih bersifat media dalam bermusik. Tapi kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang perubahan sound yang dihasilkan oleh tangan kita di saat kita memainkannya. Yang saya maksud disini adalah posisi serta alat bantu yang kita gunakan saat kita memetik bass (bukan bentuk anatominya).
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa di dalam teknik bermain bass ada beberapa yang menggunakan pick, dan ada yang menggunakan jari tangan. Dan dua cara ini tentunya akan menghasilkan sound yang berbeda, disamping hal-hal lainnya. Berikut ini akan saya bahas hal-hal apa saja yang bisa mempengaruhi sound dilihat dari bahan dan cara memetik senar bass.

PICK
Pada umumnya pick berbentuk segitiga, dan pemain gitarlah yang paling banyak menggunakannya. Adapun bahan-bahan untuk membuat pick yang saya tahu adalah diantaranya sejenis mika, plastik, keramik, akrilik, dan stainless steel atau kuningan. Yang terakhir ini lebih digunakan untuk alat musik banjo.Bila kita amati, pick terbuat dari bahan yang padat dan keras, maka sound yang akan dihasilkan olehnya cenderung bright (treble/hi). Disebabkab oleh benda keras (pick) bertemu dengan benda keras (senar).

JARI
Jari kita terdiri dari tulang yang dibungkus daging dan kulit dengan ketebalan sekitar 5 mm, jadi bisa disimpulkan bahwa jari kita padat tetapi membal/elastis. Adapun sound yang dihasilkan oleh jari kita bila memetik senar bass akan dalam (cenderung low).

POWER
Sebelum membahas lebih jauh tentang power, saya ingin menceritakan pengalaman beberapa teman-teman musisi saya sehubungan dengan masalah power ini. Diantara mereka ada yang begitu mengidolakan bass player dunia, begitu gandrungnya sampai semua peralatannya dibeli sama dengan peralatan yang digunakan idolanya. Bahkan pada saat sang bass player dunia idolanya datang ke Indonesia untuk clinic, mereka bertemu muka dan sempat membahas settingan sound dari sang idola. Kemudian ditambah dengan pengetahuan dari internet dan majalah-majalah luar, akhirnya rekan saya berhasil mendapatkan settingan sound persis dengan idolanya. Namun setelah beberapa lama mempraktekkan settingan sound tersebut, rekan saya ini masih merasa tidak puas karena sound yang ia hasilkan masih berbeda dari sound yang dihasilkan oleh sang idola. Padahal ia sudah menggunakan semua peralatan yang digunakan sang idola, dari mulai bass, ampli dan ukuran watt-nya, effect, ukuran senar, bahkan menggunakan teknik permainan yang sama. Dari sini saya melihat bahwa ada satu hal yang sedikit ‘miss’ dari cara rekan saya memetik senarnya, yaitu ia melupakan power dan aksen dari idolanya.
Dari pengalaman rekan saya tersebut kita bisa tahu bahwa banyak hal yang bisa mempengaruhi sound, jadi tidak cukup dengan mengandalkan alat dan pernak-perniknya saja.
Mengantisipasi masalah power ini memang susah-susah gampang, terkadang banyak diantara kita yang mengeluh bahwa sound yang kita hasilkan ‘belang-belang’ dimana saat sound cek dan hasil pada saat main berbeda. Dalam hal ini saya menyarankan bahwa pada saat kita setting ampli atau equalizer, tenaga yang kita gunakan sebaiknya sama dengan tenaga yang akan kita gunakan pada saat kita main nantinya.
Katakanlah pada saat kita sound cek tenaga yang kita gunakan ada di level 5, maka pada saat kita main nantinya level yang kita gunakan juga 5, tidak bertambah atau malah berkurang dari level 5.
Begitupun bila kita pada saat main akan menggunakan pick, pada saat sound cek-pun kita harus menggunakan pick. Mungkin yang sedikit repot bila kita harus menggunakan jari and juga pick pada kesempatan yang sama. Saran saya disini sebaiknya kita menggunakan effect yang bisa menyimpan beberapa macam settingan EQ, sehingga pada saat berubah kita tinggal menginjak foot switch-nya saja.
Dalam hal power, hal yang paling sulit justru mengontrol power itu sendiri agar tetap konsisten. Mungkin untuk teman-teman yang pernah terlibat dalam proses rekaman, akan mengerti betapa mudahnya sound yang kita hasilkan menjadi ‘belang’ sehingga kita harus melakukan ‘take’ ulang. Karenanya kita harus bisa menjaga ke-konsisten-an power tersebut, bila dari awal settingan kita menggunakan power pada level 5 maka untuk seterusnya kita juga harus bisa mengontrol power kita untuk tetap berada di level 5. dan cara kita untuk mendapatkan kontrol power yang baik tentunya dengan ….keep practise.

POSISI
Hal yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil sound adalah posisi tangan saat memetik senar. Adapun posisi yang saya maksud adalah antara area neck hingga bridge (setelah fret terakhir 20/24 samapai 2,5 cm sebelum bridge).
Kalau kita memetik senar baik menggunakan pick maupun jari mulai dari setelah neck terus bergeser sedikit-sedikit lebih kurang 1,5 cm ke arah kanan (bridge), maka kalau kita perhatikan sound akan sedikit berubah.
Di area dekat neck, sound cenderung low dikarenakan di area itu tegangan senar sedikit lebih lentur. Sedangkan diarea dekat bridge, sound cenderung middle sedikit treble dikarenakan tegangan senar di area dekat bridge lebih kencang.
Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, pada saat akan sound cek, terlebih dahulu kita harus menentukan karakter sound seperti apa yang kita inginkan, kemudian dipetik oleh jari atau pick lagu yang akan kita mainkan, dan di area mana posisi senar akan kita petik.
Ketika setting Equalizer (EQ) sebaiknya kita coba posisi di tempat yang berlainan, misalkan saja EQ-nya tetap kemudian posisi memetik senar kita pindah-pindah untuk mendapatkan sound yang kita mau. Atau bisa juga kita memainkan senar di area bridge karena kita menyukainya, dan tinggal kita menambah apa-apa yang kurang dengan menaikkan ataupun menurukan EQ dari ampli ataupun effect bass. Perlu diingat bila EQ yang kita gunakan berasal dari effect, sebaiknya EQ ampli semuanya berada pada arah jam 12, atau bila EQ ampli-nya berupa graphic maka posisi fader berada tepat ditengah-tengah.
Posisi ini juga bisa terlihat pada karakter musik apa yang biasa kita mainkan. Misalkan saja ada beberapa bass player yang memainkan senar pada area bridge, terutama saat memainkan not-not cepat atau untuk rhythm, biasanya pada posisi ini mereka biasa memainkan style musik funk (yang sering memainkan ghost note/ dead note/ not mati), ataupun style musik rock.
Sedangkan pada area neck dimana sound yang dihasilkan cenderung lebih gemuk (low), biasanya menjadi pilihan untuk mereka yang memilih style pop, tetapi tidak menutup kemungkinan bila kita memetik senar pada area yang sama (area neck) akan tetapi kita mainkan dengan power (aksen),maka sound yang akan dihasilkan bisa seperti pluck/chopes seperti sound yang sering dimainkan oleh Marcus Miller.
Adapun sound yang dihasilkan dari area neck atau bridge juga tidak terlepas dari karakter pick up neck ataupun pick up bridge, seperti yang sudah pernah saya jelaskan diedisi sebelumnya.
Jadi , kita sekarang telah mengenal beberapa hal tambahan mengenai setting sound, bila dari teman-teman sekalian setelah mencoba ternyata belum menemukan sound yang sesuai atau hasil dari setting-an sound masih belum memuaskan, jangan terburu menyerah. Karena pasti ada hal yang telah terlewatkan oleh kita, dalam hal ini kesabaran sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Ada sesama rekan yang pernah mengatakan kepada saya, mengapa para musisi dunia jauh lebih baik dalam berbagai hal dibandingkan dengan kita, meskipun dalam segi peralatan dan teknik sama saja. Itu tidak lain karena mereka jauh lebih sabar dibandingkan dengan kita-kita, baik dalam berlatih, mencari sound, membuat komposisi, dan terutama membangun karir di bidang musik. Menurut saya semua itu sangat benar, karena sabar itu bagi saya sama saja seperti ‘have fun’… dengan begitu kita tidak akan merasa ‘bete’ pada saat kita membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus mengutak-atik semua peralatan kita untuk mencari karakter sound yang kita inginkan.
OK, teman-teman sampai disini dulu, selamat mencoba dan bersenang-senang…

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Updates Via E-Mail