Kamis, 23 Februari 2012

Musim Semi di Hati


dalam sebuah penggalan doa indah, doa kegalauan dan kesedihan yang dicontohkan Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam, terdapat kata رَبِيعَ , atau musim semi, spring..

أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
 agar Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai ‘musim semi‘ hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku..”
sebagian menterjemahkan kata رَبِيعَ diatas dengan penawar hati, penyejuk hati. Namun secara bahasa artinya adalah musim semi, atau dengan kata lain kesukaria-an dalam hati ( فرح قلبي) dan kesenangannya (سروره)..
di hisnul muslim dikatakan :
جعله ربيعاً له لأن الإنسان يرتاح قلبه في الربيع نت الأزمان, و يميل إليه, و يخرج من الهم و الغم, و يحصل له النشاط و الابتهاج و السرور.
..Dijadikan musim semi baginya, karena manusia akan merasa senang hatinya ketika datangnya musim semi dan hati akan selalu cenderung  kepadanya; Keluar dari berbagai macam duka dan nestapa, sehingga menemukan semangat , kebahagian dan kesukariaan..
——————————————————————–
Doa diatas juga merupakan anjuran tersirat, bahwa ketika sedih, tidak cukup dengan membaca doa diatas, tapi juga dengan membaca AlQur’an. Bagaimana doa bisa terkabul dalam keadaan kita tidak membaca Alqur’an padahal kita sedang meminta Alqur’an menjadi penyejuk hati? Ibarat mengharap kebaikan obat tanpa meminumnya..
———————————————————————-
Saya mendengar beberapa kisah orang orang penghafal Qur’an, bermula dari kesedihan yang sangat. Diantaranya kisah seorang yang buta, hingga ia berhasil menghafalkan seluruh AlQur’an, dia berkata : “Semua berawal dari keinginan mengobati kesedihan..”. Juga kisah seorang istri yang ditinggal suaminya selama sebulan, diawali kesedihan yang mendalam lalu Allah mudahkan dia menghafal AlQur;an dalam sebulan, dan suaminya kembali tepat pada hari ia menyelesaikan hafalannya. Subhanalloh, mereka telah menemukan musim semi mereka!
———————————————————————-
Lafadz lengkap doa ini :
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي
Allaahumma innii ‘abduka wabnu ‘abdika wabnu amatik, naashiyatii biyadik, maadlin fiyya hukmuk, ‘adlun fiyya qadlaa’uk, as-aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahuu fii kitaabika, au ‘allamtahu ahadan min khalqika, awis ta’tsarta bihii fii ‘ilmil ghaibi ‘indaka, an taj’alal Qur’aana rabii’a qalbii wanuura shadrii wajalaa’a huzni wa dzahaaba hammii
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku.”

dari Abdullah bin Mas’ud radliyallah ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seseorang tertimpa kegundahan dan kesedihan lalu berdoa (dengan doa di atas) . . . melainkan Allah akan menghilangkan kesedihan dan kegelisahannya serta menggantikannya dengan kegembiraan.
(HR. Ahmad dalam Musnadnya I/391, 452, Al-Hakim dalam Mustadraknya I/509, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya VII/47, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 2372, Al-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 10198 –dari Maktabah Syamilah-. Hadits ini telah dishahihkan oleh Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim, keduanya banyak menyebutkannya dalam kitab-kitab mereka. Juga dihasankan oleh Al-Hafidz dalam Takhriij Al-Adzkaar dan dishahihkan oleh Al-Albani  dalam al-Kalim al Thayyib hal. 119 no. 124 dan Silsilah Shahihah no. 199.) copy dari assunnah-qatar.com
…Cuma mau nulis ini aja

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Updates Via E-Mail