Kalau aku ditanya musim apakah yang paling aku sukai di Jepang, maka dengan pasti dan tanpa keraguan aku akan menjawab musim gugur. Seorang sensei (baca: guru) bahasa jepang sempat kaget saat aku menjawab seperti itu. Biasanya banyak orang mengidam-idamkan musim semi. Yah, kalau aku juga musim semi maka aku tidak lagi spesial pakai telor dong.
Ada tiga alasan mengapa aku begitu suka musim gugur. Pertama, cuaca di musim gugur ini ideal bagiku. Tidak panas dan juga tidak terlalu dingin meski dingin sudah menyapa. Dan lagi curah hujan di musim gugur tidak banyak, sehingga memungkinkanku lebih banyak jalan-jalan.
Kedua, pemandangan musim gugur sangat indah. Kalau di musim semi semua menjadi warna pink dan putih, di musim gugur semua menjadi warna kuning, jingga dan merah. Nah, tahu sendiri kan warna favoritku kuning dan jingga. Kalau di musim semi bunga-bunga bermunculan, di musim gugur daun-daun berubah warna seperti lidah api yang menjilat-jilat birunya langit. Klop. Membuat suasana romantisme senantiasa hidup.
Ketiga, musim gugur begitu berarti karena setelah musim gugur akan datang musim dingin. Lho apa hubungannya? Ya hubungannya selama ini baik-baik saja kok. Begini, di musim dingin semua pohon akan layu bahkan tidak berdaun, sehingga hanya kumpulan ranting. Maka sebelum itu daun-daun itu rontok sebelum musim dingin, ya di musim gugur ini. Nah rontoknya daun-daun ini bisa menjadi sumber ide para penyair dan pelukis untuk berkarya. Meski aku bukan penyair dan pelukis, setidaknya aku pernah punya cita-cita. Karena itu aku merasa di musim inilah aku harus mulai.
Setuju atau tidak, harus setuju ya….. please deh! Musim gugur adalah salah satu musim yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk aku. Keindahan, romantisme, keceriaan dan cuaca yang baik adalah warna musim gugur bersama gugurnya daun-daun momiji yang teramat indah untuk dilukiskan. Ya, terlalu sulit untuk melukiskannya, dan terlalu banyak untuk diabadikan baik dalam catatan maupun photo. Dan tanpa terasa musim gugur ini mulai beranjak pergi, sedang di balik pintuku musim dingin sudah tersenyum dan melambaikan tangan memanggilku.
Hanya ada satu catatan yang tertulis dalam lembaran hatiku, “Ya Allah, terima kasih. Telah Kauberikan aku kesempatan terindah untuk menyaksikan musim gugur tahun ini, dan telah Kausiapkan keindahan yang berbeda di musim dingin yang mulai datang.”
Ada tiga alasan mengapa aku begitu suka musim gugur. Pertama, cuaca di musim gugur ini ideal bagiku. Tidak panas dan juga tidak terlalu dingin meski dingin sudah menyapa. Dan lagi curah hujan di musim gugur tidak banyak, sehingga memungkinkanku lebih banyak jalan-jalan.
Kedua, pemandangan musim gugur sangat indah. Kalau di musim semi semua menjadi warna pink dan putih, di musim gugur semua menjadi warna kuning, jingga dan merah. Nah, tahu sendiri kan warna favoritku kuning dan jingga. Kalau di musim semi bunga-bunga bermunculan, di musim gugur daun-daun berubah warna seperti lidah api yang menjilat-jilat birunya langit. Klop. Membuat suasana romantisme senantiasa hidup.
Ketiga, musim gugur begitu berarti karena setelah musim gugur akan datang musim dingin. Lho apa hubungannya? Ya hubungannya selama ini baik-baik saja kok. Begini, di musim dingin semua pohon akan layu bahkan tidak berdaun, sehingga hanya kumpulan ranting. Maka sebelum itu daun-daun itu rontok sebelum musim dingin, ya di musim gugur ini. Nah rontoknya daun-daun ini bisa menjadi sumber ide para penyair dan pelukis untuk berkarya. Meski aku bukan penyair dan pelukis, setidaknya aku pernah punya cita-cita. Karena itu aku merasa di musim inilah aku harus mulai.
Setuju atau tidak, harus setuju ya….. please deh! Musim gugur adalah salah satu musim yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, termasuk aku. Keindahan, romantisme, keceriaan dan cuaca yang baik adalah warna musim gugur bersama gugurnya daun-daun momiji yang teramat indah untuk dilukiskan. Ya, terlalu sulit untuk melukiskannya, dan terlalu banyak untuk diabadikan baik dalam catatan maupun photo. Dan tanpa terasa musim gugur ini mulai beranjak pergi, sedang di balik pintuku musim dingin sudah tersenyum dan melambaikan tangan memanggilku.
Hanya ada satu catatan yang tertulis dalam lembaran hatiku, “Ya Allah, terima kasih. Telah Kauberikan aku kesempatan terindah untuk menyaksikan musim gugur tahun ini, dan telah Kausiapkan keindahan yang berbeda di musim dingin yang mulai datang.”
0 komentar:
Posting Komentar