perbedaan pendapat perlu kita hargai meskipun apapun bentuknya itu…karena sebagai manusia sudah selayaknya kita melihat ke samudera dan hutan yang luas,siapakah kita sebenarnya!
berikut gw kopipes dari salah satu artikel di www.awansetiono.wordpress.com
kita bukan apa2 tampa lingkungan kita, hargai perbedaan pandapat!
Punk cenderung Anakis. Disitu dengan jelas gw mengatakan bahwa Punk belum tentu Anarkis, hanya cenderung saja. Begitu juga sebaliknya, seorang yang anarkis gak harus nge-Punk. Adanya kesalahpahaman dari masyarakat Indonesia tentang Punkers karena kegiatan atau aktifitas kami yang menonjolkan kreatifitas seperti membentuk fanzine, kolektif dan lain2 masih belum begitu kuat, (ya wajarlah, hak kita kebanyakan dihambat oleh para kapitalis dan anak2 orang kaya). Bahkan di kota2 kecil yang gw heran sekali justru lebih banyak Punkersnya daripada di kota2 besar. Tidak adanya solidaritas dari lingkungan sekitar karena masyarakat masih mengungkung suatu kultur atau budaya yang tidak memungkinkan sama sekali mengindahkan atau menerima kehadiran Punk sebagai suatu ideologi tertentu. Itulah sebabnya pula Punk adalah bentuk perlawanan kebudayaan bagi kebanyakan masyarakat dunia. Mengapa melawan?
Ingat, Punk lahir karena adanya politik. Selama politik masih eksis di bumi manusia ini, Punk akan selalu ada. Dengan prinsip2 Do It Yourself-nya, memang tidak ada kata Punk berabad2 yang lalu. Tapi konsep Do it Yourself (DIY) itu sudah ada mengakar di urat nadi kita semenjak manusia diciptakan, yang tak lain adalah bahwa semua orang adalah bebas merdeka. Dan kita, sebagai orang yang bebas merdeka ini, teatulah tidak mau mengikatkan diri kita dengan pajak berlebihan yang ujung2nya korupsi, lalu kita menderita hingga tinggal jadi bangkai dan tulang belulang mengonggok dalam tanah kuburan bikinan koriptor bangsat. Lawan! Lawan! Buktikan kita juga memiliki hak!
Pertanyaan yang paling fatal mungkin, kenapa kecimpung di musik?
itulah yang membedakan antara anarkis dan punk. Seperti yang gw sebut diatas (anarkis gak harus punk begitu pula sebaliknya). Karena seorang Anarkis tidak melulu harus main musik. Tapi musik adalah satu2nya media yang awalnya dulu sangat memudahkan bagi komunitas kami untuk menyuarakan pendapat maupun perlawanan terhadap retorika busuk. Gak ada bedanya kok kayak The Beatles suka nyanyiin tentang kemanusiaan, ya apa salahnya sih kita2 juga seperti mereka, bebas menyuarakan pendapat. Musik itu wilayah masing2. Gak ada satupun yang bisa saling mengahalangi seorang yang lain untuk bermain musik. Beda kayak sekolah, kita harus gini gitu, wajib ini itu.
kelebihan musik Punk itu lebih leluasa dari genre2 yang lain. Gak harus selalu merdu, mau fals juga bodo amat, mau denger or kagak ya terserah, gak harus mirip Kurt Cobain or Courtney Love, BEBAS! BEBAS!
itulah mungkin sebabnya, Kurt Cobain sendiri juga lebih pengen disebut sebagai Punkers. Karena…..Grunge itu sendiri kini juga udah hilang maknanya.
berikut gw kopipes dari salah satu artikel di www.awansetiono.wordpress.com
kita bukan apa2 tampa lingkungan kita, hargai perbedaan pandapat!
Sebenarnya filosofi Punk gak pernah mati. Kalo Punk selalu dikaitkan dengan mabok, kata2 kasar, urakan, dan segala macam shit raging karena itulah Punk. Justru saat ini Punk semakin mencuat karena telah banyaknya masyarakat dan generasi muda yang mengakarkan diri dengan filosofi Punk. lalu, apa sih filosofi Punk itu?
(pic posted by erickningrat,Fr www.deviantart.com )
Punk cenderung Anakis. Disitu dengan jelas gw mengatakan bahwa Punk belum tentu Anarkis, hanya cenderung saja. Begitu juga sebaliknya, seorang yang anarkis gak harus nge-Punk. Adanya kesalahpahaman dari masyarakat Indonesia tentang Punkers karena kegiatan atau aktifitas kami yang menonjolkan kreatifitas seperti membentuk fanzine, kolektif dan lain2 masih belum begitu kuat, (ya wajarlah, hak kita kebanyakan dihambat oleh para kapitalis dan anak2 orang kaya). Bahkan di kota2 kecil yang gw heran sekali justru lebih banyak Punkersnya daripada di kota2 besar. Tidak adanya solidaritas dari lingkungan sekitar karena masyarakat masih mengungkung suatu kultur atau budaya yang tidak memungkinkan sama sekali mengindahkan atau menerima kehadiran Punk sebagai suatu ideologi tertentu. Itulah sebabnya pula Punk adalah bentuk perlawanan kebudayaan bagi kebanyakan masyarakat dunia. Mengapa melawan?
Ingat, Punk lahir karena adanya politik. Selama politik masih eksis di bumi manusia ini, Punk akan selalu ada. Dengan prinsip2 Do It Yourself-nya, memang tidak ada kata Punk berabad2 yang lalu. Tapi konsep Do it Yourself (DIY) itu sudah ada mengakar di urat nadi kita semenjak manusia diciptakan, yang tak lain adalah bahwa semua orang adalah bebas merdeka. Dan kita, sebagai orang yang bebas merdeka ini, teatulah tidak mau mengikatkan diri kita dengan pajak berlebihan yang ujung2nya korupsi, lalu kita menderita hingga tinggal jadi bangkai dan tulang belulang mengonggok dalam tanah kuburan bikinan koriptor bangsat. Lawan! Lawan! Buktikan kita juga memiliki hak!
Pertanyaan yang paling fatal mungkin, kenapa kecimpung di musik?
itulah yang membedakan antara anarkis dan punk. Seperti yang gw sebut diatas (anarkis gak harus punk begitu pula sebaliknya). Karena seorang Anarkis tidak melulu harus main musik. Tapi musik adalah satu2nya media yang awalnya dulu sangat memudahkan bagi komunitas kami untuk menyuarakan pendapat maupun perlawanan terhadap retorika busuk. Gak ada bedanya kok kayak The Beatles suka nyanyiin tentang kemanusiaan, ya apa salahnya sih kita2 juga seperti mereka, bebas menyuarakan pendapat. Musik itu wilayah masing2. Gak ada satupun yang bisa saling mengahalangi seorang yang lain untuk bermain musik. Beda kayak sekolah, kita harus gini gitu, wajib ini itu.
kelebihan musik Punk itu lebih leluasa dari genre2 yang lain. Gak harus selalu merdu, mau fals juga bodo amat, mau denger or kagak ya terserah, gak harus mirip Kurt Cobain or Courtney Love, BEBAS! BEBAS!
itulah mungkin sebabnya, Kurt Cobain sendiri juga lebih pengen disebut sebagai Punkers. Karena…..Grunge itu sendiri kini juga udah hilang maknanya.
0 komentar:
Posting Komentar